B. Upacara dan Kisah-kisah lisan Menurut Pasang
Seperti telah diuraikan sebelumnya,
bahwa Pasang itu diwariskan dan
generasi ke generasi melalui penuturan lisan.
Ada beberapa bentuk penuturan lisan tersebut yakni ungkapan-ungkapan, kisah-kisah lisan dan bahkan upacara tertentu.
Ada beberapa bentuk penuturan lisan tersebut yakni ungkapan-ungkapan, kisah-kisah lisan dan bahkan upacara tertentu.
Pada umumnya kisah-kisah yang
dituturkan merupakan bagian dari materi Pasang
dan digolongkan sebagai kisah suci dan sakral. Kisah-kisah tersebut merupakan
sesuatu hal yang tabu atau pemali untuk dibeberkan pada sembarang tempat. Dalam
cerita atau kisah dalam Pasang,
manusia senantiasa dilukiskan memiliki keistimewaan yang luar biasa dan penuh
misteri. Salah satu kisah dalam Pasang
dituturkan sebagai berikut:
Kisah
Perjalanan Ammatoa ke Gowa
Dikisahkan dalam Pasang Ri Kajang, bahwa suatu ketika istana Raja Gowa tiba-tiba
dipenuhi ratusan ekor ular yang tidak diketahui dari mana asalnya. Ular-ular
tersebut berkeliaran di dalam istana tanpa bisa dikendalikan. Berbagai upaya
dilakukan untuk mengusir ular itu, namun tidak berhasil. Dukun saktipun
didatangkan dan para pengawal kerajaan dikerahkan untuk melenyapkan ular
tersebut. Tetapi semua usaha tersebut sia-sia saja. Karena semua upaya sudah
gagal, Raja memerintahkan Toddo Appaka
untuk bersidang. Semua dukun ahli ramal (boto-
Makassar) dihadirkan. Dalam pertemuan
tersebut dibicarakan bagaimana menghilangkan ular pengganggu tersebut. Dan
semua yang hadir, tidak seorangpun yang sanggup untuk mengusir ular tersebut
dari istana Raja Gowa.
Selanjutnya dikisahkan, bahwa
kesimpulan dari pertemuan Toddo Appaka
dan para boto (ahli ramal), mereka
sepakat untuk mendatangkan Ammatoa
dari Kajang. Mereka berkesimpulan bahwa hanya Ammatoa yang dianggap mampu mengusir ular tersebut. Pada waktu itu
yang menjadi Ammatoa di Kajang ialah Amma Kaharu.
Toddo Appaka bersama Boto Lempangan pun berangkat ke Kajang
menemui Ammatoa. Utusan dari Gowa pun
sampai di Kajang untuk menyampaikan maksudnya. Namun sebelum utusan
menyampaikan maksudnya, Ammatoa menyatakan bahwa maksud kedatangan mereka sudah
diketahui. Dengan segala kerendahan hati, Ammatoa mempersilahkan utusan
tersebut untuk kembali Ke Gowa. Ammatoa berpesan supaya disampaikan kepada Raja
Gowa bahwa Ammatoa akan segera
menyusul ke Gowa.
Setelah utusan (Toddo Appaka dan Boto Lempangan,) tiba di Gowa, mereka
terheran-heran. Ternyata Ammatoa
telah lebih dahulu tiba di istana Raja Gowa. Ammatoa pun membakar kemenyan (dupa). Dan dengan khusyuk membaca
mantera. Tak lama kemudian, dalam waktu sekejap mata, ular-ular itupun sudah
lenyap dari istana Raja Gowa. (Bersambung)
Sebuah upacara adat Ammatoa (Foto: hellomakassar.com) |
0 komentar:
Posting Komentar