Sabtu, 29 Oktober 2016

Ammatoa (9) Kisah-Kisah Lisan Menurut Pasang


B.  Upacara dan Kisah-kisah lisan Menurut Pasang
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa Pasang itu diwariskan dan generasi ke generasi melalui penuturan lisan.
Ada beberapa bentuk penuturan lisan tersebut yakni ungkapan-ungkapan, kisah-kisah lisan dan bahkan upacara tertentu.
Pada umumnya kisah-kisah yang dituturkan merupakan bagian dari materi Pasang dan digolongkan sebagai kisah suci dan sakral. Kisah-kisah tersebut merupakan sesuatu hal yang tabu atau pemali untuk dibeberkan pada sembarang tempat. Dalam cerita atau kisah dalam Pasang, manusia senantiasa dilukiskan memiliki keistimewaan yang luar biasa dan penuh misteri. Salah satu kisah dalam Pasang dituturkan sebagai berikut:

Kisah Perjalanan Ammatoa ke Gowa
Dikisahkan dalam Pasang Ri Kajang, bahwa suatu ketika istana Raja Gowa tiba-tiba dipenuhi ratusan ekor ular yang tidak diketahui dari mana asalnya. Ular-ular tersebut berkeliaran di dalam istana tanpa bisa dikendalikan. Berbagai upaya dilakukan untuk mengusir ular itu, namun tidak berhasil. Dukun saktipun didatangkan dan para pengawal kerajaan dikerahkan untuk melenyapkan ular tersebut. Tetapi semua usaha tersebut sia-sia saja. Karena semua upaya sudah gagal, Raja memerintahkan Toddo Appaka untuk bersidang. Semua dukun ahli ramal (boto- Makassar) dihadirkan. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan bagaimana menghilangkan ular pengganggu tersebut. Dan semua yang hadir, tidak seorangpun yang sanggup untuk mengusir ular tersebut dari istana Raja Gowa.
Selanjutnya dikisahkan, bahwa kesimpulan dari pertemuan Toddo Appaka dan para boto (ahli ramal), mereka sepakat untuk mendatangkan Ammatoa dari Kajang. Mereka berkesimpulan bahwa hanya Ammatoa yang dianggap mampu mengusir ular tersebut. Pada waktu itu yang menjadi Ammatoa di Kajang ialah Amma Kaharu.
Toddo Appaka bersama Boto Lempangan pun berangkat ke Kajang menemui Ammatoa. Utusan dari Gowa pun sampai di Kajang untuk menyampaikan maksudnya. Namun sebelum utusan menyampaikan maksudnya, Ammatoa menyatakan bahwa maksud kedatangan mereka sudah diketahui. Dengan segala kerendahan hati, Ammatoa mempersilahkan utusan tersebut untuk kembali Ke Gowa. Ammatoa berpesan supaya disampaikan kepada Raja Gowa bahwa Ammatoa akan segera menyusul ke Gowa.
Setelah utusan (Toddo Appaka dan Boto Lempangan,) tiba di Gowa, mereka terheran-heran. Ternyata Ammatoa telah lebih dahulu tiba di istana Raja Gowa. Ammatoa pun membakar kemenyan (dupa). Dan dengan khusyuk membaca mantera. Tak lama kemudian, dalam waktu sekejap mata, ular-ular itupun sudah lenyap dari istana Raja Gowa. (Bersambung)

Sebuah upacara adat Ammatoa (Foto: hellomakassar.com)

0 komentar:

Posting Komentar