Senin, 14 November 2016

Ammatoa (13); Nilai-Nilai Positif Kamase-Mase



Meskipun ajaran Pasang mengamanatkan komunitasnya hidup bersahaja (Kamase-masea), tetapi cukup banyak nilai positif yang dapat berlaku umum. Berdasarkan pengamatan, Pasang sebagai tradisi lisan, kemungkinan dapat bertambah atau berkurang. Hal itu tergantung dari kemampuan orang yang menuturkannya.
         "Anjo pangngassengan nikuaya pasang pammase toppi’i nakkulle jari “ Artinya pengetahuan seseorang mengenai Pasang, tergantung dan rahmat dan anugerah dan Tu’ Rie’ A’ra’na.
Selain dari butir Pasang tersebut di atas, butir Pasang yang mengandung nilai positif dikemukakan sebagai berikut:
  • Ako angngallei kaju tassanjeng . Artinya jangan mengambil kayu yang disandarkan.
Pasang ini mengamanatkan bahwa sesuatu yang sudah jelas milik orang lain, dilarang untuk diambil. Menurut lazimnya kayu yang tassanjeng atau disandarkan, itu sudah jelas kepemilikannya atau sudah dikuasai orang lain. Karena kepemilikannya sudah jelas dan diketahui orang banyak maka barang tersebut tidak boleh diganggu. Contohnya  mengganggu isteri orang.
  • Appasalako katinting ri annorang. Artinya menyingkirkan duri dan jalanan. Materi Pasang ini bermakna sebagai anjuran untuk senantiasa melakukan sesuatu yang dapat dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Hal ini dapat juga mengandung pengertian agar menghindari peselisihan  dan kesalah pahaman. Menghindari perselisihan  dan pertentangan dengan sesama merupakan nilai akhlak dan etika yang sangat terpuji.  
  • Ako a’ra’ niareki, a’ra’ la’balanja labbi ripangnguppannu. Artinya jangan mau dikata, ingin berbelanja lebih dari pendapatan. Dalam  kehidupan sehari-hari  kita  harus menyesuaikan dengan kemampuan, sebab jangan sampai karena ingin di puji, sehingga lebih  besar pasak dari pada tiang. Jadi makna Pasang ini adalah anjuran untuk hidup sederhana, dengan idiom kencangkan ikat pinggang.
  • Tallang sipahua manyu’ siparampe, mate siroko, bunting sipabasa. Artinya tenggelam dan hanyut harus saling menolong, mati saling membungkus dan kawin saling basah.
Hal ini merupakan pesan yang bermakna agar manusia senantiasa saling tolong menolong dan bergotong royong dalam segala hal. Misalnya orang kawin dalam tradisi orang Kajang, mereka saling membantu dan tidak memberatkan pihak laki-laki dalam hal biaya perkawinan.
  • Tallasa tuna kamase-mase. Hidup bersahaja. Ini bermaksud anjuran agar manusia jangan hidup dengan tujuan materialistis, yang dapat menjerumuskan pada perbuatan dosa.
  • Gattang, Lambusu, Kuntu tojeng, tanggappasisala akkatta, iyamintu nikuayya tau toje’na. Artinya tegas, jujur, bersungguh-sungguh, bijaksana, itulah manusia yang sebenarnya.
Pasang ini merupakan anjuran agar seseorang senantiasa berperilaku terpuji (berakhlak mulia) dan beretika serta bijaksana. Sebab  manusia yang demikian itulah yang sebenar-benarnya manusia. Dengan pengamalan empat sifat tersebut diharapkan dapat menciptakan keamanan dan ketentraman dalam masyarakat.
Dibawah ini salah satu teks Pasang bagi pemimpin / penguasa :
·         Langngerei, nasaba ikaumintu najo’jo umatang ampatantangi tana sikidi-kidia. Punna  napanjarianjako tinanang, napanra’rakkangjako juku sumahe napammatikanjako ere tua’ikaumintu. Mingka punna tanre’i sikonjoa pettai kalennu kamaseang kolantun’nu. Artinya dengar baik-baik sebab engkaulah yang ditunjuk rakyat sebagai pemimpin di negeri ini. Apabila pangan berhasil, ikan melimpah, tuak mengalir, maka engkaulah pemimpin yang sesungguhnya. tetapi jika tidak berhasil,  maka sesungguhnya engkau bukan pemimpin yang dimaksud.
Pasang ini mengandung makna yang sangat mendasar, bahwa seorang pemimpin harus mampu menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Sebab  untuk tujuan itulah ia (pemimpin itu) ditunjuk oleh masyarakat.
Dari beberapa butir/ teks Pasang di atas, nampak dengan jelas bahwa prinsip hidup kamase-masea (bersahaja) mengandung banyak pendidikan akhlak. Tuntunan hidup tersebut mengandung nilai positif yang dapat berlaku umum dalam masyarakat.(Bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar